-
Kawasan Kota Tua, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat
DKI Jakarta 11110
https://goo.gl/maps/dzaHD7uR4am
-
Setiap hari: 24 Jam
-
Gratis
Selain taman hiburan dan tempat-tempat wisata alam, tak ada salahnya jika sesekali mengunjungi tempat wisata yang sarat akan nilai sejarah. Salah satunya adalah di kawasan wisata Kota Tua Jakarta.
Meskipun berada di tengah hiruk pikuk kota metropolitan, tempat ini masih kental akan nuansa Jakarta tempo dulu. Kawasan ini pun selalu dipadati wisatawan setiap harinya, baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara.
Pada awalnya, Kota Tua merupakan kawasan yang dibangun kolonial Belanda sebagai pusat perdagangan di Asia. Kota Jakarta yang saat itu dikenal dengan nama Batavia menjadi kawasan pusat perdagangan dari maupun keluar negeri lewat jalur pelayaran.
Kalau kamu belum pernah berkunjung ke tempat ini, coba cari tahu info selengkapnya dengan menyimak ulasannya berikut ini. Dijamin kamu akan tertarik untuk segera mendatanginya.
Sejarah Kota Tua Jakarta
Di tahun 1526, Fatahillah yang dikirim oleh Kesultanan Demak menyerang pelabuhan Sunda Kelapa di Kerajaan Pajajaran yang kemudian diberi nama Jayakarta.
Kemudian, di tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta yang saat itu dikomandoi oleh Jan Pieterszoon Coen. Setahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia.
Di tahun 1635, kota ini meluas sampai ke tepi barat Sungai Ciliwung. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa dan diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal.
Kota Batavia selesai dibangun pada tahun 1650 dan kemudian difungsikan sebagai kantor pusat VOC di Hindia Timur.
Karena sistem sanitasi yang buruk, kemudian muncul wabah tropis yang menyerang para penduduk. Kemudian kota ini meluas lagi ke wilayah selatan. Tahun 1835 dan 1870 banyak orang pindah ke wilayah Weltevreden (daerah di sekitar Lapangan Merdeka).
Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, Batavia lalu berganti nama menjadi Jakarta dan menjadi ibu kota Indonesia sampai saat ini.
Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekret resmi yang menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan ini bertujuan untuk melindungi sejarah arsitektur dan bangunan yang masih tersisa.
Baca juga: Beristirahat Sejenak dari Kemodernan dengan Berkunjung ke Keraton Yogyakarta
Ada Apa Saja di Kota Tua Jakarta?
Ada banyak destinasi menarik yang bisa kamu temukan di kawasan wisata Kota Tua Jakarta ini. Tentu saja destinasi tersebut sangat sarat akan sejarah.
Ketika mengunjunginya, kamu bisa menambah pengetahuan tentang sejarah Indonesia, khususnya yang terjadi di Jakarta. Berikut adalah objek wisata Kota Tua Jakarta yang direkomendasikan untuk didatangi.
1. Museum Fatahillah

-
Jl. Taman Fatahillah No. 1
Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat
DKI Jakarta 11110
https://goo.gl/maps/h6YzBjCi2n42
-
Setiap hari: 09.00 – 15.00 WIB
-
Dewasa: Rp5.000/orang
Mahasiswa: Rp3.000/orang
Pelajar dan anak-anak: Rp2.000/orang
Museum satu ini sangat populer di kalangan para wisatawan. Setiap berkunjung ke Kota Tua, wisatawan pasti meluangkan waktu untuk mendatanginya.
Pada masa penjajahan Belanda, gedung ini difungsikan sebagai balai kota yang pada waktu itu dikenal dengan nama Stadhius. Selain balai kota, pernah juga difungsikan sebagai pengadilan, kantor catatan sipil, tempat ibadah Minggu, dan tempat Dewan Kotapraja.
Di tahun 1968, barulah gedung ini secara resmi diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta. Setelah itu gedung ini diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.
Museum Fatahillah menyimpan sekitar 23.500 koleksi barang bersejarah berupa benda asli maupun hanya replika. Koleksi tersebut berasal dari Museum Jakarta Lama yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 27.
Di museum ini, kamu bisa melihat beberapa koleksi seperti replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Kota Jakarta, furnitur-furnitur antik, koleksi keramik, gerabah, prasasti, dan deretan benda bersejarah lainnya.
Selain itu, di dalam Museum Fatahillah juga terdapat penjara bawah tanah yang menjadi saksi bisu penderitaan dari para tawanan yang kondisinya sangat menyedihkan.
2. Pelabuhan Sunda Kelapa

-
Jl.Maritim No.8 Sunda Kelapa
Jakarta Utara 14430
https://goo.gl/maps/RPekAoiSbC72
-
hari: 24 jam
-
Rp2.500/orang
Keberadaan Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu sejarah penting bagi Kota Jakarta. Di tempat inilah awal mula kota Jakarta dikenal luas oleh dunia.
Banyak orang asing yang datang ke Indonesia melalui Pelabuhan Sunda Kelapa. Sekitar abad ke 12, banyak pedagang dari Tiongkok yang berlayar ke sini dengan membawa barang kerajinan berupa keramik dan kain sutera untuk ditukarkan dengan rempah-rempah.
Pedagang dari India dan Arab pun datang ke sini dengan membawa kain dan minyak wangi yang juga ditukarkan dengan rempah-rempah. Hubungan dagang dengan tiga negara ini berjalan baik sampai abad ke-16.
Atas dasar inilah, Pelabuhan Sunda Kelapa berhasil mencetak sejarah emas. Pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan yang sangat ramai dengan aktivitas jual beli antar negara.
Saat ini aktivitas pelabuhan memang tak seramai dulu. Meskipun begitu, tempat ini masih digunakan dan beroperasi sebagai dermaga transportasi laut.
Lokasi ini juga banyak dijadikan sebagai spot foto yang menarik bagi para pengunjung. Oya, kapal-kapal yang ada di sini pun merupakan hasil karya anak nusantara.
Jadi, kita patut berbangga diri dengan eksistensi Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai tempat berkumpulnya kapal-kapal tersebut. Pernyataan familiar yang mengatakan nenek moyang kita adalah seorang pelaut nampaknya terbukti dengan adanya kapal Phinisi ini.
Kita juga bisa mencoba ojek sampan yang akan membawa kita berlayar menyusuri perairan di pelabuhan. Ojek sampan ini memasang tarif Rp50.000 atau bisa lebih tergantung dari rute. Sebelumnya menaikinya, lebih baik tawar menawar dulu.
Baca juga: Melihat Indahnya Wisata Candi Prambanan dari Dekat
3. Museum Bank Indonesia

-
Jl. Pintu Besar Utara No. 3, Pinangsia, Tamansari
Jakarta Barat 11110
https://goo.gl/maps/cREnbN8XmTt
-
Selasa – Jumat: 08.00 – 15.30 WIB
Sabtu – Minggu: 08.00 – 16.00 WIB
-
Rp5.000/orang
Pelajar/mahasiswa, rombongan yang telah mendaftar, dan anak-anak di bawah 3 tahun: Gratis
Tempat ini awalnya merupakan sebuah rumah sakit bernama Binnen Hospital yang kemudian pada tahun 1828 dialihfungsikan menjadi bank dengan nama De Javashe Bank (DJB).
Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 1953, bank ini dinasionalisasikan menjadi Bank Sentral Indonesia atau yang dikenal dengan nama Bank Indonesia.
Namun, di tahun 1962, Bank Indonesia kemudian dipindah ke gedung baru. Gedung lama kemudian dilestarikan menjadi Museum Bank Indonesia yang diresmikan pada 15 Desember 2006.
Saat berkunjung ke sini, kita akan mendapat pengetahuan tambahan mengenai sejarah terbentuknya bank sentral yang ada di negara kita ini.
Ketika memasuki lobi museum, kita akan melihat sebuah kaca patri yang sangat indah. Selain itu, di dalamnya juga terdapat 324 kaca patri lain yang semuanya dibuat di Atelier Jan Schouten, Delft, Belanda, pada periode 1922 – 1935.
Ada juga sebuah lukisan wanita dengan lambang Kota Batavia dan Surabaya dan beberapa lukisan unik dan antik lainnya.
Di dalamnya juga terdapat ruangan teater dengan kapasitas tempat duduk untuk 40 orang. Teater tersebut memutar film yang berisi seputar sejarah perbankan dan peran Bank Indonesia.
Tapi jangan datang pas hari Senin atau hari libur nasional, ya. Karena di hari tersebut Museum Bank Indonesia tutup.
4. Museum Seni Rupa dan Keramik

-
Jl. Pos Kota
Jakarta Barat 11110
https://goo.gl/maps/352iS3Fkm9m
-
Selasa – Minggu: 08.00 – 15.00 WIB
-
Dewasa: Rp5.000/orang
Anak-anak: Rp2.000/orang
Mahasiswa: Rp3.000/orang
Pelajar: Rp2.000/orang
Veteran & lansia: Gratis
Museum Seni Rupa dan Keramik merupakan museum yang berada di dalam kawasan wisata Kota Tua Jakarta. Museum ini pertama kali dibangun oleh seorang arsitek bernama Jhe. W.H.F.H. van Raders pada tahun 1870.
Saat itu merupakan masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Miyer, dan gedung ini difungsikan sebagai Kantor Pengadilan.
Menilik sejarah bangunan ini, pada 1949 pernah difungsikan sebagai sarana Nederlansche Mission Militer (NMM) oleh KNIL yang kemudian diserahkan kepada TNI sebagai gudang logistik.
Di tahun 1970 – 1973, bangunan ini dialihfungsikan sebagai kantor Wali Kota Jakarta Barat, kemudian tahun 1974 digunakan sebagai kantor Dinas Museum dan Sejarah.
Beberapa tahun setelahnya, tepatnya pada 20 Agustus 1976, gedung ini diresmikan menjadi Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto atas inisiatif dari Adam Malik.
Tanggal 10 Juni 1977, sebagian dari gedung ini diresmikan sebagai Museum Keramik oleh Gubernur Ali Sadikin. Barulah di awal tahun 1990, Balai Seni Rupa dan Museum keramik disatukan dan resmi menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Saat berkunjung ke sini, ada beberapa fasilitas yang bisa kamu temukan. Seperti Ruang Serbaguna, Workshop Keramik, dan Workshop Melukis.
Selain itu, tempat ini merupakan sarana untuk memamerkan hasil karya dari para seniman Indonesia sejak kurun waktu 1800-an sampai sekarang.
Baca juga: Cara Membuat Paspor & Mengurus Perpanjangan Paspor
5. Toko Merah

-
Jl. Kali Besar Barat No. 11, Pinang Siang, Tambora
Jakarta Barat 11230
https://goo.gl/maps/pjhyfoFb5N82
-
Setiap hari: 09.00 – 16.30 WIB
-
Rp10.000/orang
Kalau sedang mengunjungi kawasan Wisata Kota Tua Jakarta, jangan lupa jalan-jalan di sekitar Jl. Kali Besar. Di sana kamu akan menemukan bangunan unik berwarna merah yang menjadi salah satu cagar budaya.
Bangunan tersebut sekarang dikenal dengan nama Toko Merah. Dulu, bangunan ini merupakan sebuah toko yang dimiliki oleh warga Tionghoa.
Wisatawan yang berkunjung kemari memang tak seramai di Museum Fatahillah dan museum lainnya. Tapi tempat ini tetap memiliki daya tariknya sendiri.
Toko Merah dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff dengan konsep sebuah rumah yang besar, megah, dan nyaman.
Di masa pendudukan Jepang, gedung ini dijadikan sebagai Gedung Dinas Kesehatan Tentara Jepang, Setelah kemerdekaan Indonesia, Toko Merah berpindah tangan ke pemilik PT Satya Niaga di tahun 1964.
Kemudian pada 1977 berubah menjadi PT Dharma Niaga dan gedungnya tetap digunakan sebagai kantor. Baru di tahun 1990-an Toko Merak dijadikan Bangunan Cagar Budaya.
Setelah lama terabaikan, tempat ini pun direstorasi pada tahun 2012 dan sekarang difungsikan sebagai gedung serba guna yang dapat difungsikan sebagai tempat konferensi dan pameran.
Untuk bisa melihat isi dari Toko Merah ini, kamu terlebih dulu harus minta ijin kepada pengurus. Karena tempat ini tidak sembarangan dibuka untuk publik.
Cara Menuju Kota Tua Jakarta
Lokasi Kota Tua Jakarta merupakan sebuah wilayah kecil yang terdapat di ibu kota Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 km persegi yang melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat.
Rute ke Kota Tua Jakarta bisa dijangkau dengan mudah baik menggunakan kendaraan pribadi maupun umum. Berikut adalah cara menuju ke lokasi ini.
Kendaraan Pribadi
Jika menggunakan kendaraan pribadi dari arah Tangerang, jarak tempuhnya ± 30 km. Rutenya dimulai dari Tangerang – Batu Ceper – Stasiun Grogol – Penjaringan – Museum Fatahillah – Kota Tua.
Kalau dari arah Bekasi, jaraknya ± 35 km, bisa menggunakan rute Lingkar Luar Timur – Tol Tj. Priok – Tol Pelabuhan – Kota Tua.
Dari arah Bogor, jarak yang ditempuh ± 66 km. Rute yang bisa dilalui mulai dari Tol Jagorawi – Tol Cililitan 2 – Tol S. Parman – Jl. Pangeran Tubagus Angke – Jl. Kali Besar Timur – Kota Tua.
Kalau kamu dari arah Bandung, jarak yang ditempuh ± 164 km. Rutenya bisa dijangkau melalui Tol Pasteur – Tol Purbaleunyi – Tol Cipularang – Tol Jakarta/Cikampek – Lingkar Dalam Jakarta – Tol S. Parman – Jl. Pangeran Tubagus Angke – Jl. Kali Besar Timur – Kota Tua.
Kendaraan Umum
Ada beberapa jenis transportasi umum yang bisa mengantarkanmu sampai di kawasan wisata Kota Tua Jakarta. Mulai dari bus kota hingga KRL.
Jika ingin sekalian berwisata dengan KRL, kamu bisa naik KRL jurusan Kota lalu turun di Stasiun Kota. Keluar dari stasiun kamu bisa jalan kaki sekitar 50 meter ke arah Kota Tua.
Kalau mau pakai Bus Transjakarta, kamu bisa naik Transjakarta jurusan Kota Tua kemudian langsung turun di halte Kota. Setelah itu kamu tinggal jalan saja untuk bisa mengelilingi kawasan wisata Kota Tua Jakarta ini.
Kalau dari arah Pulo Gadung, kamu bisa naik Mikrolet 53 jurusan Pulo Gadung – Kota lalu turun di Kota Tua.
Baca juga: Panduan Cara Membuat Visa ke Luar Negeri
Jam Operasional & Harga Tiket Masuk Wisata Kota Tua Jakarta
Kota Tua merupakan kawasan yang memiliki banyak tempat menarik untuk dikunjungi. Hampir semua objek wisata Kota Tua selalu ramai pengunjung, baik pada hari libur maupun hari kerja.
Kawasan ini tetap bisa dikunjungi setiap hari 24 jam. Hanya saja, beberapa tempat wisata di dalamnya memiliki jam operasionalnya masing-masing.
Tiket masuk ke Kota Tua Jakarta gratis, kamu tidak akan dikenakan biaya apapun. Namun jika memasuki objek wisatanya akan dikenakan tarif tergantung tempat mana yang dikunjungi.
Tips Wisata di Kota Tua Jakarta
Kalau ingin berjalan-jalan di kawasan wisata Kota Tua Jakarta, ada beberapa tips yang mungkin kamu butuhkan seperti berikut ini.
- Kalau tidak ingin terlalu ramai, datanglah ketika hari kerja. Karena pada akhir pekan, jumlah pengunjung akan membludak.
- Jika datang di akhir pekan, datanglah lebih pagi supaya bisa mengambil foto dengan leluasa. Karena saat pagi kawasan ini lebih sepi daripada waktu siang hari.
- Hati-hati dengan barang bawaanmu dan jangan sampai lengah. Karena kawasan ini selalu ramai, maka kesempatan untuk melakukan tindak kriminal pun sangat tinggi. Jangan sampai barang berhargamu berpindah tangan ke orang yang tidak berhak.
- Pakailah baju yang nyaman dan hindari memakai baju berwarna gelap. Karena daerah ini terkenal sangat panas. Kalau perlu bawa kipas atau kipas angin kecil yang bisa dibawa kemana-mana agar kamu tidak kegerahan.
- Jangan lupa pakai tabir surya untuk melindungi kulit tubuhmu dari sengatan sinar matahari secara langsung. Pastikan tabir suryamu asli dengan mengeceknya di BPOM karena kosmetik abal-abal justru bisa merusak kulitmu.
Itulah beberapa tips yang mungkin bisa membantumu. Semoga liburanmu ke Kota Tua seru dan tidak menemui kendala apapun.